Kamis, 22 Oktober 2015

PERBEDAAN IP Dan IPK Serta TEKNIK Dan TRIK MENDAPATKAN IP/IPK TINGGI

Berbicara mengenai IP (Indeks Prestasi) memang sudah tak asing lagi bagi para mahasiswa. Pasalnya, keberhasilan mahasiswa di setiap semesternya diukur dari angka IP tersebut. Dari segi pengertian, IP (Indeks Prestasi) adalah angka yang umumnya terdiri dari minimal 0 (nol) dengan angka maksimal 4,00 (empat) di setiap semesternya. Sedangkan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) adalah Akumulasi dari IPK selama semester yang sudah ditempuh, atau rata-rata IP dengan hitungan IP semester pertama+IP semester kedua+IP semester berikutnya lalu dibagi banyak semester yang sudah ditempuh.

Contohnya, jika semester satu IP anda 3,00 dan semester dua IP anda 3,50, maka IPK anda adalah akumulasi dari (3,00+3,50):2=3,25. Jadi IPK anda 3,25. Jika semester tiga IP anda 3,70 maka (3,00+3,50+3,70):3=3,4. Jadi, IPK anda 3,4, dan seterusnya.

Lantas, bagaimana mendapatkan IP dan IPK setinggi-tingginya?

Saya akan mengemukakan pendapat saya dan pengalaman saya tentang mendapatkan IPK yang saya impikan. Tapi sebelumnya kita luruskan niat dulu karena sebenarnya IP dan IPK tidak ada artinya. Yang penting adalah kualitas diri kita dan kemampuan (skill) kita. Jika mempunyai skill dengan IP atau IPK sedikit pasti orang tersebut lebih berkualitas daripada IPK 4,00 tapi tak punya skill.

Apa saja trick tersebut?

1. Selalu aktif dan banyak nanya.
    jangan takut kalo pertanyaan anda adalah pertanyaan gila (crazy questios) atau tak berbobot. keberanian anda untuk bertanya adalah yang menjadi nilai dosen anda.
2. Jadilah mahasiswa yang dihafali dosen anda.
    Jika dosen anda sudah hafal dengan anda (tentu saja hafal bahwa anda adalah orang yang baik, bukan pembolos, suka tidur dalam kelas, dsb.) maka biasanya dosen tak kan tega memberi nilai jelek.
3. Kuasai materi yang akan dibahas, setidaknya 60% materi yang akan dibahas hari itu.
4. Absensi.
    Kebetulan kalau absensi ini di kampus saya tidak terlalu diperhitungkan. di kampus saya absensi minimal 80% kehadiran. Dispensasi dihitung hadir. "Jika kehadiran lebih dari 80%, itu adalah kewajiban mahasiswanya. Jika kurang dari 80%, itu resiko anda tanggung sendiri." begitu kata beberapa dosen saya.
5. Menjadi pribadi yang peka.
    contohnya peka menghapus papan tulis yang seharusnya dihapus, peka menyalakan dan mematikan lampu saat dibutuhkan, peka mengecilkan AC saat dosen kedinginan dan dalam keadaan tidak fit, membawakan barang bawaan dosen jika dosen keberatan, tidak terlambat, dsb. meskipun dosen tidak melihat jasa anda. lakukan dengan keikhlasan.
6. Menjadi ketua kelas.
    Hal ini karena ketua kelas adalah yang paling ribet dan disuruh-suruh. Tapi daripada jadi ketua kelas hanya mencari IP tinggi, mendingan nggak usah. karena jika tidak ikhlas, anda akan dibenci teman-teman anda.

Begitulah usaha yang dapat anda lakukan untuk mendapatkan IP dan IPK tinggi. sekalilagi, bahwa IP dan IPK bukan menjadi patokan keberhasilan seseorang, karena 50% IP anda bergantung pada keberuntungan.

Sabtu, 20 Juni 2015

Jaya Pejuang Pangan dan Gizi Indonesia, Jaya Petani, Jaya Bangsa Indonesia Hebat di Era MEA

Artikel Lomba Hari Pangan Sedunia 2015 diselenggarakan PERGIZI PANGAN Indonesia

        Indonesia negara kepulauan yang memiliki milyaran Sumber Daya Alam (SDA), keindahanya tak mampu terungkapkan. Indonesia adalah Negara Kepulauan yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) proyeksi penduduk Indonesia tahun 2014 sebanyak 25.216.480.000 Jiwa. Jadi, sesungguhnya Indonesia kaya Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) namun belum kita manfaatkan secara maksimal. Berdasarkan Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009-2013 (Statistics of Agricultural Land 2009-2013) Indonesia memiliki lahan pertanian seluas 25.642.331,91 Ha ditambah lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 14.245.408,00 Ha pada tahun 2012. Berikut grafik yang saya peroleh dari Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009-2013 (Statistics of Agricultural Land 2009-2013):
Sumber: Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009-2013 (Statistics of Agricultural Land 2009-2013)
        Kita seharusnya sadar bahwa kita bisa hidup seperti sekarang ini berkat petani yang selalu berusaha memproduksi pangan dan gizi untuk seluruh masyarakat Indonesia.  Karena pangan dan gizi yang baik yang akan menciptakan anak bangsa yang cerdas, berprestasi dan mampu menjunjung tinggi bangsa untuk kemajuan Negara Kesatuan Reublik Indonesia. Jika kita tidak bisa mencintai petani setiap hari, mari sejenak kita renungkan perjuangan petani untuk memperingati hari pangan sedunia. Para petani berjuang tak hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Mereka selalu berfikir kalau mereka menjadi pejabat, lantas siapa yang akan menjadi petani yang menghidupi dan memberi gizi terbaik untuk masyarakat Indonesia? Bagaimana jika petani tak berproduksi, apa yang akan kita makan? Petani patut kita hormati karena petani tulang punggung pangan dan gizi bangsaku.
        Lantas bagaimana dengan Indonesia yang saat ini selalu meng-impor beras, buah, daging dan hasil pertanian lainya dari luar negeri? Padahal sejatinya masyarakat kita bisa memproduksi sendiri. Apakah yang salah dengan produksi pangan Indonesia sekarang yang pernah mengalami masa kejayaan yakni keberhasilan sehingga mampu swasembada beras pada tahun 1984 bahkan disebut sebagai “Macan Asia”? Ya, berkat perjuangan para petani, Indonesia mampu mengekspor beras dan hasil pertanian lainya sehingga memperoleh kejayaan. Itu hasil kerja keras jutaan petanipejuang pangan dan gizi bangsaku tercinta ini, karena para petani hidup dan mati bangsaku.
Saya ingin tahu informasi luas lahan pertanian dan akhirnya saya peroleh di Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009-2013( Statistics of Agricultural Land 2009-2013) sebagai berikut:
Sumber: Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009-2013 (Statistics of Agricultural Land 2009-2013)
            Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa lahan pertanian di Indonesia ini masih sangat luas. Lahan tersebut digunakan sebagai lahan sawah, tegal, ladang dan ada lahan yang masih tidak diusahakan untuk sementara.
Sumber: Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009-2013 (Statistics of Agricultural Land 2009-2013)
      Jika lahan pertanian masih luas, lantas apakah yang menjadi penyebab Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain yang kemerdekaanya lebih baru daripada Indonesia? Mengapa kita selalu mengimpor beras, buah-buahan, sayuran, dsb. dari negara lain? apakah karena gengsi makan apel Indonesia dan memilih apel impor? Bukankah tidak menjamin apel dan buah-buahan impor dari negara lain memiliki kualitas bagus dan gizi yang lebih banyak daripada hasil pertanian Indonesia? Tidak. Menurut penelitian apel Amerika Serikat justru mengandung bakteri Listeria Monocytogenes yang sangat berbahaya bagi kesehatan konsumen, sedangkan petani Indonesia mampu memproduksi buah dan sayuran organic.
            kenyataanya walaupun lahan masih luas Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan pangan Negerinya sendiri. Saat ini kita masih sering meng-impor beras dan bahan pangan lainya dari luar negeri. Hadirnya Bulog memang sangat membantu, tapi masih saja belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh masyrakat. Hal ini karena kurangnya pemberdayaan dan perhatian kepada petani meskipun jasanya sangat besar. Jika petani diberdayakan hingga mampu memproduksi dan mengolah lahan secara maksimal, maka tidak perlu adanya impor bahan pangan dari negara lain.
 Belum tuntas masalah melemahnya produksi pangan di Indonesia, saat ini mau tidak mau Indonesia akan menghadapi tantangan besar yaitu persaingan ekonomi dan politik di masa MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Belum selesai kesejahteraan penduduk Indonesia, belum sejahtera pula petani yang memproduksi pangan dan gizi untuk seluruh masyarakat Indonesia. China yang jumlah penduduknya besar akan memboyong warga China untuk bekerja di Indonesia. Oleh karena itu, demi kejayaan petani tulang punggung pangan dan gizi bangsaku maka kita sebagai generasi muda yang mempunyai tekad kuat dan para cendekiawan harus mempersiapkan diri dan juga mempersiapkan para petani agar tak kalah dengan petani dari China di dunia persaingan bebeas pasar global ASEAN.
  BAGAIMANA CARANYA AGAR PETANI TAK KALAH SAING Di ERA MEA?
Yang pertama kita lakukan adalah pembekalan kepada para petani pejuang pangan dan gizi untuk percaya diri. Petani diberi bekal ilmu dan tata cara bertani yang baik, agar hasil pertanianya melimpah.
Yang kedua, pemerintah juga harus terus mendukung para petani dengan cara mendukung perkembangan UMKM Pertanian. Pemerintah memberikan bantuan berupa dana dan penyuluhan kepada para pejuang pangandan gizi bangsa ini. Tentu sepandai-pandainya bertani tak cukup berkembang tanpa adanya tindakan nyata dari pemerintah dan para cendekia pertanian karena sebagian besar petani tak punya link untuk memasarkan produk pangan dan gizi hasil pertanian mereka.
Selanjutnya, petani juga harus keren, petani petani tulang punggungpangan dan gizi bangsaku juga harus pinter baca tulis. Bahkan mengerti bahasa inggris sebagai bahasa pemersatu dunia untuk modal berinteraksi dengan bangsa lain jika ingin meng-ekspor hasil pertanianya. Negara-pun juga akan mendapatkan untung juga berupa devisa. Dengan begitu, APBN negara akan bertambah dan pembangunan berkelanjutan Indonesia juga semakin berkembang.
Yang terakhir, petani juga harus percaya diri dalam bersosialisasi karena sekalipun seorang Big Boss juga makan hasil produksi pangan petani. Hal ini supaya petani juga dihargai semua kalangan, supaya petani juga punya image yang baik, selain itu juga berfungsi sebagai link atau jaringan untuk pemasaran produk mereka.
           Selain peran para petani, dalam mewujudkan ketahanan pangan, pemerintah juga berperan penting karena pangan adalah kebutuhan dasar bagi penduduk suatu negara dengan berbagai cara, yaitu menciptakan Undang-Undang, membuat stategi dan rencana agar hasil produksi petani semakin meningkat (menciptakan bibit unggul, pupuk yang berkualitas, meningkatkan peran BUMN dan swasta, perbaikan irigasi, rehabilitasi lahan dan peningkatan layanan dan sarana).
            Mari kita mulai kesejahteraan petani demi kesejahteraan kita bersama. Kita mulai dari hal yang kecil, bahkan hal sepele, namun jangan disepelekan karena hal kecil dan sepele yang dilakukan dengan niat dan usaha yang baik pasti akan berbuah baik.