Berbicara mengenai IP (Indeks Prestasi) memang sudah tak asing lagi bagi para mahasiswa. Pasalnya, keberhasilan mahasiswa di setiap semesternya diukur dari angka IP tersebut. Dari segi pengertian, IP (Indeks Prestasi) adalah angka yang umumnya terdiri dari minimal 0 (nol) dengan angka maksimal 4,00 (empat) di setiap semesternya. Sedangkan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) adalah Akumulasi dari IPK selama semester yang sudah ditempuh, atau rata-rata IP dengan hitungan IP semester pertama+IP semester kedua+IP semester berikutnya lalu dibagi banyak semester yang sudah ditempuh.
Contohnya, jika semester satu IP anda 3,00 dan semester dua IP anda 3,50, maka IPK anda adalah akumulasi dari (3,00+3,50):2=3,25. Jadi IPK anda 3,25. Jika semester tiga IP anda 3,70 maka (3,00+3,50+3,70):3=3,4. Jadi, IPK anda 3,4, dan seterusnya.
Lantas, bagaimana mendapatkan IP dan IPK setinggi-tingginya?
Saya akan mengemukakan pendapat saya dan pengalaman saya tentang mendapatkan IPK yang saya impikan. Tapi sebelumnya kita luruskan niat dulu karena sebenarnya IP dan IPK tidak ada artinya. Yang penting adalah kualitas diri kita dan kemampuan (skill) kita. Jika mempunyai skill dengan IP atau IPK sedikit pasti orang tersebut lebih berkualitas daripada IPK 4,00 tapi tak punya skill.
Apa saja trick tersebut?
1. Selalu aktif dan banyak nanya.
jangan takut kalo pertanyaan anda adalah pertanyaan gila (crazy questios) atau tak berbobot. keberanian anda untuk bertanya adalah yang menjadi nilai dosen anda.
2. Jadilah mahasiswa yang dihafali dosen anda.
Jika dosen anda sudah hafal dengan anda (tentu saja hafal bahwa anda adalah orang yang baik, bukan pembolos, suka tidur dalam kelas, dsb.) maka biasanya dosen tak kan tega memberi nilai jelek.
3. Kuasai materi yang akan dibahas, setidaknya 60% materi yang akan dibahas hari itu.
4. Absensi.
Kebetulan kalau absensi ini di kampus saya tidak terlalu diperhitungkan. di kampus saya absensi minimal 80% kehadiran. Dispensasi dihitung hadir. "Jika kehadiran lebih dari 80%, itu adalah kewajiban mahasiswanya. Jika kurang dari 80%, itu resiko anda tanggung sendiri." begitu kata beberapa dosen saya.
5. Menjadi pribadi yang peka.
contohnya peka menghapus papan tulis yang seharusnya dihapus, peka menyalakan dan mematikan lampu saat dibutuhkan, peka mengecilkan AC saat dosen kedinginan dan dalam keadaan tidak fit, membawakan barang bawaan dosen jika dosen keberatan, tidak terlambat, dsb. meskipun dosen tidak melihat jasa anda. lakukan dengan keikhlasan.
6. Menjadi ketua kelas.
Hal ini karena ketua kelas adalah yang paling ribet dan disuruh-suruh. Tapi daripada jadi ketua kelas hanya mencari IP tinggi, mendingan nggak usah. karena jika tidak ikhlas, anda akan dibenci teman-teman anda.
Begitulah usaha yang dapat anda lakukan untuk mendapatkan IP dan IPK tinggi. sekalilagi, bahwa IP dan IPK bukan menjadi patokan keberhasilan seseorang, karena 50% IP anda bergantung pada keberuntungan.
Info Buat Kamu
Kamis, 22 Oktober 2015
Sabtu, 20 Juni 2015
Jaya Pejuang Pangan dan Gizi Indonesia, Jaya Petani, Jaya Bangsa Indonesia Hebat di Era MEA
Artikel Lomba Hari Pangan Sedunia 2015 diselenggarakan PERGIZI PANGAN Indonesia
Indonesia negara kepulauan yang memiliki milyaran Sumber Daya Alam
(SDA), keindahanya tak mampu terungkapkan. Indonesia adalah Negara Kepulauan
yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) proyeksi penduduk Indonesia tahun 2014
sebanyak 25.216.480.000 Jiwa. Jadi, sesungguhnya Indonesia kaya Sumber Daya
Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) namun belum kita manfaatkan secara
maksimal. Berdasarkan Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009-2013 (Statistics
of Agricultural Land 2009-2013) Indonesia memiliki lahan pertanian seluas
25.642.331,91 Ha ditambah lahan yang sementara tidak diusahakan seluas
14.245.408,00 Ha pada tahun 2012. Berikut grafik yang saya peroleh dari Statistik
Lahan Pertanian Tahun 2009-2013 (Statistics of Agricultural Land 2009-2013):
Sumber: Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009-2013 (Statistics of Agricultural Land 2009-2013) |
Kita seharusnya sadar bahwa
kita bisa hidup seperti sekarang ini berkat petani yang selalu berusaha
memproduksi pangan dan gizi untuk seluruh
masyarakat Indonesia. Karena pangan dan gizi yang baik yang akan menciptakan
anak bangsa yang cerdas, berprestasi dan mampu menjunjung tinggi bangsa untuk kemajuan
Negara Kesatuan Reublik Indonesia. Jika kita tidak bisa mencintai petani setiap
hari, mari sejenak kita renungkan perjuangan petani untuk memperingati hari pangan sedunia. Para petani berjuang tak
hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Indonesia. Mereka selalu berfikir kalau mereka menjadi pejabat,
lantas siapa yang akan menjadi petani yang menghidupi dan memberi gizi terbaik
untuk masyarakat Indonesia? Bagaimana jika petani tak berproduksi, apa yang
akan kita makan? Petani patut kita hormati karena petani
tulang punggung pangan dan gizi bangsaku.
Lantas bagaimana dengan Indonesia yang saat ini selalu meng-impor
beras, buah, daging dan hasil pertanian lainya dari luar negeri? Padahal
sejatinya masyarakat kita bisa memproduksi sendiri. Apakah yang salah dengan produksi pangan Indonesia sekarang yang pernah
mengalami masa kejayaan yakni keberhasilan sehingga mampu swasembada beras pada
tahun 1984 bahkan disebut sebagai “Macan Asia”? Ya, berkat perjuangan para
petani, Indonesia mampu mengekspor beras dan hasil pertanian lainya sehingga
memperoleh kejayaan. Itu hasil kerja keras jutaan petanipejuang pangan dan gizi bangsaku tercinta ini, karena para petani hidup dan mati bangsaku.
Saya ingin tahu
informasi luas lahan pertanian dan akhirnya saya peroleh di Statistik Lahan Pertanian
Tahun 2009-2013( Statistics of Agricultural Land 2009-2013) sebagai
berikut:
Sumber: Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009-2013 (Statistics of Agricultural Land 2009-2013) |
Dari data tersebut dapat kita ketahui
bahwa lahan pertanian di Indonesia ini masih sangat luas. Lahan tersebut
digunakan sebagai lahan sawah, tegal, ladang dan ada lahan yang masih tidak
diusahakan untuk sementara.
Sumber: Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009-2013 (Statistics of Agricultural Land 2009-2013) |
Jika lahan pertanian masih luas, lantas apakah yang menjadi
penyebab Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain yang kemerdekaanya
lebih baru daripada Indonesia? Mengapa kita selalu mengimpor beras,
buah-buahan, sayuran, dsb. dari negara lain? apakah karena gengsi makan apel
Indonesia dan memilih apel impor? Bukankah tidak menjamin apel dan buah-buahan
impor dari negara lain memiliki kualitas bagus dan gizi yang lebih banyak
daripada hasil pertanian Indonesia? Tidak. Menurut penelitian apel Amerika
Serikat justru mengandung bakteri Listeria Monocytogenes yang sangat berbahaya
bagi kesehatan konsumen, sedangkan petani Indonesia mampu memproduksi buah dan
sayuran organic.
kenyataanya walaupun lahan
masih luas Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan pangan Negerinya sendiri.
Saat ini kita masih sering meng-impor beras dan bahan pangan lainya dari luar negeri.
Hadirnya Bulog memang sangat membantu, tapi masih saja belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan pangan seluruh masyrakat. Hal ini karena kurangnya
pemberdayaan dan perhatian kepada petani meskipun jasanya sangat besar. Jika
petani diberdayakan hingga mampu memproduksi dan mengolah lahan secara
maksimal, maka tidak perlu adanya impor bahan pangan dari negara lain.
Belum tuntas masalah melemahnya produksi pangan di Indonesia, saat
ini mau tidak mau Indonesia akan menghadapi tantangan besar yaitu persaingan
ekonomi dan politik di masa MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Belum selesai
kesejahteraan penduduk Indonesia, belum sejahtera pula petani yang memproduksi pangan dan gizi untuk seluruh masyarakat
Indonesia. China yang jumlah penduduknya besar akan memboyong warga China untuk
bekerja di Indonesia. Oleh karena itu, demi kejayaan petani
tulang punggung pangan dan gizi bangsaku maka
kita sebagai generasi muda yang mempunyai tekad kuat dan para cendekiawan harus
mempersiapkan diri dan juga mempersiapkan para petani agar tak kalah dengan
petani dari China di dunia persaingan bebeas pasar global ASEAN.
BAGAIMANA
CARANYA AGAR PETANI TAK KALAH SAING Di ERA MEA?
Yang pertama kita lakukan adalah pembekalan kepada para petani
pejuang pangan dan gizi untuk percaya diri.
Petani diberi bekal ilmu dan tata cara bertani yang baik, agar hasil
pertanianya melimpah.
Yang kedua, pemerintah juga harus terus mendukung para petani
dengan cara mendukung perkembangan UMKM Pertanian. Pemerintah memberikan
bantuan berupa dana dan penyuluhan kepada para pejuang pangandan gizi bangsa ini. Tentu sepandai-pandainya bertani tak cukup
berkembang tanpa adanya tindakan nyata dari pemerintah dan para cendekia
pertanian karena sebagian besar petani tak punya link untuk memasarkan
produk pangan dan gizi hasil pertanian
mereka.
Selanjutnya, petani juga harus keren, petani petani tulang punggungpangan dan gizi bangsaku juga harus pinter baca tulis. Bahkan mengerti
bahasa inggris sebagai bahasa pemersatu dunia untuk modal berinteraksi dengan
bangsa lain jika ingin meng-ekspor hasil pertanianya. Negara-pun juga akan
mendapatkan untung juga berupa devisa. Dengan begitu, APBN negara akan
bertambah dan pembangunan berkelanjutan Indonesia juga semakin berkembang.
Yang terakhir, petani juga harus percaya diri dalam bersosialisasi
karena sekalipun seorang Big Boss juga makan hasil produksi pangan petani. Hal ini supaya petani juga
dihargai semua kalangan, supaya petani juga punya image yang baik,
selain itu juga berfungsi sebagai link atau jaringan untuk pemasaran
produk mereka.
Selain peran para petani, dalam mewujudkan ketahanan pangan, pemerintah juga berperan penting karena pangan adalah kebutuhan dasar bagi penduduk suatu negara dengan berbagai cara, yaitu menciptakan Undang-Undang, membuat stategi dan rencana agar hasil produksi petani semakin meningkat (menciptakan bibit unggul, pupuk yang berkualitas, meningkatkan peran BUMN dan swasta, perbaikan irigasi, rehabilitasi lahan dan peningkatan layanan dan sarana).
Selain peran para petani, dalam mewujudkan ketahanan pangan, pemerintah juga berperan penting karena pangan adalah kebutuhan dasar bagi penduduk suatu negara dengan berbagai cara, yaitu menciptakan Undang-Undang, membuat stategi dan rencana agar hasil produksi petani semakin meningkat (menciptakan bibit unggul, pupuk yang berkualitas, meningkatkan peran BUMN dan swasta, perbaikan irigasi, rehabilitasi lahan dan peningkatan layanan dan sarana).
Mari kita mulai kesejahteraan petani
demi kesejahteraan kita bersama. Kita mulai dari hal yang kecil, bahkan hal sepele,
namun jangan disepelekan karena hal kecil dan sepele yang dilakukan dengan niat
dan usaha yang baik pasti akan berbuah baik.
Langganan:
Postingan (Atom)